Breaking

Monday, June 6, 2016

Catatan Pinggir Tentang Sejarah Trinitas


Ketuhan Yesus ditetapkan pada konsili di Nicea tanggal 20 Mei 325M

Kaisar Romawi Constantine, menghimpun 220 uskup di Nicea tahun 325. Sebagian besar mereka berasal dari Gereja bagian Timur yang mendukung Athanasius. Kosili memutuskan mengutuk paham tauhid Arius dan mengumumkan kredo (creed) anti Arian yang dikenal dengan nama "the Creed of Nicea". Dalam konsili inilah diterbitkan S.K. Ketuhan Yesus dan sejak saat itu Yesus diresmikan sebagai Tuhan, malah sekaligus ditetapkan sebagai Tuhan yang sesungguhnya (true God), 300 tahun setelah Yesus tiada. Dalam konsili inilah Kaisar Romawi menetapkan bahwa Yesus satu zat dengan Allah (Homoousios).

"He (Jesus) is God from God, Light from Light and true God from true God" 

[Dia (Yesus) adalah Tuhan yang berasal dari Tuhan, Cahaya yang berasal dari Cahaya, dan Tuhan Sesungguhnya yang berasal dari Tuhan yang sesungguhnya]

Sejak saat itulah Tuhan menjadi dua yakni Tuhan Allah dan Tuhan Yesus yang harus dipercayai bahwa keduanya bersatu padu dalam satu zat (homoousios) sebagaimana yang diputuskan oleh Kaisar Romawi. 

Apakah ada ketetapan resmi untuk menyembah Yesus sebelum abad ke IV? Belum ada! Dalam kitab "Shepherd of Hermes" nama Yesus sama sekali tidak disebut-sebut.

"First of all belive that God is one, who has made all thing, bringing them out of nothing into being." 

[Pertama-tama percayalah bahwa Tuhan itu Esa, yang menciptakan segala makhluk, dari tidak ada menjadi ada]

Selanjutnya dalam Apostle Creed yang menurut Gereja diperkirakan ditulis oleh para rasul pada akhir abad ke-II, ada menyebut nama Yesus, tetapi bukan sebagai Tuhan yang disembah.

"And in Jesus Christ, his only Son, our Lord..." 

[Dan di dalam Yesus Kristus, anaknya yang tunggal, tuan kita]

Kredo ini telah mengalami beberapa kali tambahan dan perubahan sepanjang abad ke IV dan ke-V untuk disesuaikan dengan perkembangan ajaran kristen. Kesulitan apakah yang dihadapi Gereja sehingga dibutuhkan waktu sekian ratus tahun untuk mengangkat status Yesus dari sekedar Nabi menjadi "Tuhan penguasa alam semesta"?

Pertama, di abad pertama perkembangan agama Kristen, persoalan yang cukup berat muncul di permukaan. Bagaimana caranya agar Tuhan Filsafat Yunani yang Mulia, dan sempurna, dapat menyelamatkan manusia yang berdosa dan tidak sempurna. Untuk mengatasi hal ini, logos filsafat Yunani digunakan sebagai perantara Tuhan dan manusia. Beberapa ahli pikir Yunani yang memeluk agama kristen memandang Yesus sebagai Logos filsafat Yunani [Frost, 1989]. 

"Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita..." (Yohanes 1:14)

"... Kristus Yesus yanq walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah, itu sebaqai milik yanq harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seoranq hamba dan menjadi sama denqan manusia" (Filipi 2:5-7) Tetapi karena Logos bukan Tuhan maka praktis Yesus pun bukan Tuhan.

Ketika Gereja mulai berusaha mengangkat status Yesus menjadi Tuhan, problem lain tampil ke permukaan. Bagaimana caranya mengangkat status Logos yang lebih rendah dari Tuhan ini menjadi setara dengan Tuhan. Untuk mengatasi hal ini, Gereja memperkenalkan ide Logos (Firman) adalah Tuhan Allah. 

"Pada mulanya adalah Firman Logos Firman Logos itu bersama-sama dengan Tuhan dan Firman Logos itu adalah (dari) Allah. la Logos pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia Logos dan tanpa Dia (Logos) tidak ada sesuatu pun yanq telah jadi dari seqala yanq telah dijadiakan" (Yohanes 1:1-3) 

Paham penyembah berhala ini digunakan sebagai senjata pamungkas oleh para penginjil (termasuk Hamran Ambrie) untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan dengan menempatkan Yesus sebagai Logos penyembah berahala. Dengan demikian, tuhan Allah (yang "katanya" adalah Logos) yang berada di sorga sudah turun ke bumi mengambil bentuk manusia dalam diri Yesus. Dalam buku "Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal", hal 94, 

Hamran Ambrie mengatakan: "Dulu wahyu melalui mimpi etc. disebut Firman, tetapi kemudian (setelah ajaran Kristen dicemari filsafat Yunani), Firman itu sendiri menjadi daging kehiduopan melalui kelahiran seorang manusia Maria, maka penyebutan firman itu pun berubah menjadi "Anak Allah". 

Catatan: tambahan dalam kurung dimaksudnya untuk memperjelas. Konsep penyembahan berhala sudah ranum ini, akhirnya tersaji dalam SK Ketuhanan Yesus yang disponsori bersama oleh Kaisar Romawi, Constantine dan para pemimpin Gereja pada Konsili di Nicea 20 Mei 325M.

Dapatkah kita menganggap the Creed of Nicea sebagai formulasi dan definisi Trinitas?

Tidak! 
Karena Konsili tidak pernah menganggap Roh Kudus sebagai Tuhan atau sesuatu yang harus disembah. Dalam konsili tersebut tidak pernah dibahas tentang Roh Kudus. Nanti belakangan, Gereja kemudian menambahkan kalimat tentang Roh Kudus dalam kredo tersebut (Karen Armstrom 1993). "And in the holy Spirit" (Dan dalam Roh Kudus).

Lalu siapa yang pertama memberikan perhatian serius terhadap status Roh Kodus? 

Athanasius! 
Sampai dengan pertengahan abad ke-IV perhatian Gereja dicurahkan pada bagaimana bentuk dan corak hubungan antara Bapa (Tuhan) dan Anak (Yesus). Kalimat yang baru ditambahkan dalam Kredo: dan dalam Roh Kudus, memperlihatkan betapa kecilnya perhatian yang diberikan terhadap status Roh Kudus. Dalam tulisannya "Oration Aqainst the Arians 2:24, 33", athanasius mempromosikan ketuhanan Yesus tanpa menyinggung-nyinggung Roh Kudus. Selanjutnya pada suratnya kepada Serapion berubahlah dia berbicara tentang status Roh Kudus.

S.K. untuk menyembah Roh Kudus di tetapkan? 

Pada Konsili di Konstantinople yang didelenggarakan dari bulan Mei s/d Juli 381M. Konsili ini dapat dikatakan Konsili para pemimpin Capadocian yang mendukung Trinitas. Gregory dari Nazianzus (329-389M), yang merupakan tokoh Capadocian memperkenalkan formula Trinitas dalam bukunya "Five Theological Oration", hal. 39:

"Godhead is one in three and the three are one.... " 

[Kesatuan Tuhan itu adalah satu dalam tiga dan ketiganya adalah satu]

Dia memainkan peranan penting dalam menggolkan ajaran Trinitas dalam konsili. Kaisar Theodorius yang merupakan pendukung Ketuhanan Yesus ingin sekaligus menghabisi paham Tauhid Arius. Dalam konsili inilah untuk pertama kali dinyatakan bahwa Roh Kudus harus disembah. 

"And in the Holy Spirit, the Lord and life giver, who proceeds from the Father. Toqether with the Father and the son he is worshipped and glorified." 

[Dan dalam Roh Kudus, Tuan dan pemberi hidup, yang datang dari bapa. Bersama dengan Bapa dan Anak dia disembah dan dimuliakan]

Jadi, apakah Konsili di Constantinople memutuskan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan? 

Tidak! 
Walaupun dalam Konsili ini Roh Kudus dinyatakan sebagai obyek yang disembah, tetapi belum dinyatakan sebagai Tuhan.

Konsili ini juga dihadiri oleh 36 Uskup Macedonia yang menentang keras segala bentuk penyenbahan terhadap Roh Kudus. Mereka berpendirian bahwa Roh Kudus hanyalah makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu dia bukan Tuhan, sehingga tidak perlu disembah. Namun karena para uskup Capadocia jumlahnya lebih banyak sehingga para uskup Macedonia kalah. Dalam penentuan apakah Roh Kudus adalah Tuhan atau tidak, bantahan mereka masih didengar. Namun ketika para uskup Capadocia ngotot untuk menyembah Roh Kudus, akhirnya para uskup Macedonia menyerah dan meninggalkan ruangan konsili (walk out). 

Lalu kapan ide lengkap tentang Trinitas pertama kali dijelaskan oleh Athanasius?

Antara tahun 359-360M, ketika Athanasius didesak untuk menghadapi kelompok Tropici dari Mesir yang mengajarkan bahwa Roh Kudus hanya sekedar makhluk yang diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Uskup mereka, Serapion, yang tidak mampu menghadapi mereka meminta tolong pada Athanasius. Dalam suratnya "Letter to Serapion", Atahnasius untuk pertama kalinya menjelaskan secara detail tentang Teologi Trinitas.

Apakah Athanasian Creed merupakan formulasi yang ditampilkan oleh Athanasius kepada Serapion? 

Tidak! 
Athanasian Creed bukanlah sebuah kredo dan juga tidak ditulis oleh Athanasius. Gereja yang tidak tahu siapa penulis Athanasian Creed, menganggapnya di tulis oleh Athanasius hanya karena dia dianggap sebagai pencipta ajaran Trinitas.

Athanasian Creed yang diperkirakan ditulis pada abad ke VI menetapkan sesuatu yang dapat dianggap sebagai formulasi dan fefinisi akhir dari Trinitas. Ketetapan penting yang tercantum dalam Kredo ini adalah diumumkannya S.K. Ketuhanan Roh Kudus.

"Thus the Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God. Yet there are not three God but only one God." 

[Jadi, Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan tetapi hanya satu Tuhan]

Yesus sama sekali tidak dapat menerima mereka yang menyembahnya, dengan mengikuti ajaran penyembah berhala yang diajarkan oleh manusia (Plato dan Zeno). Sementara Yesus sendiri mengajarkan pada umat Israel untuk hanya menyembah Allah.

"Bangsa ini memuliakan aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaku. Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan a jaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (Matius 15:8-9) Berbagai kredo yang dihasilkan oleh konsili bukan merupakan penjelasan atau konfirmasi dari Allah atau Yesus tentang siapa Tuhan sebenarnya, melainkan sekedar pertarungan antar pendapat yang selalu dimenangkan oleh kelompok yang didukung Kaisar. Hal ini dijelaskan oleh Uskup John Shelby Spong dalam bukunya: Why Christian must Change or Die, 1998, hal 18.

"The purpose of every written creed historically was not to clari f y the truth o f God. It was, rather, to rule out some contending point o f view." 

[Tujuan dari setiap kredo (yang dihasilkan di setiap konsili) bukan untuk menjelaskan siapa sesungguhnya Tuhan, tetapi sekedar untuk menyingkirkan pendapat yang tidak sejalan (dengan yang dianut Kerajaan dan Gereja)] 

Oleh karena itu Yesus tidak punya urusan dengan ajaran maupun definisi Trinitas sebagaimana yang dianut oleh umat Kristiani saat ini. Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas kepada murid-muridnya, apalagi bermimpi bahwa dirinya adalah oknum kedua dari Trinitas. Hal ini ditegaskan oleh A.N.Wilson dalam bukunya Jesus A Live, 1992, hal XIV:

"I had to admin that I found it impossible to believe that a first century Galilean holy man (Jesus) had at any time of his life believed himself to be the Second Person of the Trinity. " 

[Saya harus mengakui bahwa memang musthahil untuk mempercayai bahwa orang suci dari Galilea di abad ke-I (Yesus) pernah sekali saja dalam hidupnya merasa dirinya sebagai oknum kedua dari Trinitas]

Gerejalah yang menciptakan Matius 28:19 dan menyuapkannya kepada Yesus untuk diucapkan. "Karena itu pergilah, jadikanlah senua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus".

Apa yang diajarkan oleh Yesus adalah tauhid (Ke-Esa-an Allah). Filsafat Platonis dan Stoic yang diajarkan Plato (?-347SM) dan Zeno (?-263SM) tentang Logos menjadi jembatan untuk mempertuhankan Yesus menuju konsep Trinitas yang dinanti-nantikan para penyembah berhala untuk dikawinkan dengan ajaran Kristen. Ajaran tiga Tuhan dalam satu yang dianut para penyembah berhala inilah yang menginspirasi para pemimpin Gereja unutk mengembangkan ajaran tersebut dalam Kristen. Upaya para pemimpin Gereja yang saat itu dikenal dengan golongan Apologis untuk mengawinkan ajaran filsafat Yunani dengan ajaran Kristen dijelaskan oleh Paul Tilich dalam bukunya A History of Christian Thought sebagai berikut:

"The Apologist arose to attempt a joining of Christianity dan Greek thought" 

[Para pemimpin Gereja yang umumnya Aplogis - mereka yang ingin mengawinkan filsafat Yunani dengan ajaran Kristen) bangkit untuk mencoba mengawinkan ajaran Kristen dengan filsafat Yunani]

Di satu pihak umat Kristen memiliki Yesus yang diambil dari Yahudi, sememtara dipihak lain, para pengikut ajaran Platonis dan Stoic memiliki Logos yang diambil dari Plato (?-347SM) dan zeno (?-263SM). Hasil akhir dari perpaduan keduanaya yang diterima oleh umat Krsistiani adalah Logos Yesus. Yesus bukan lagi sekedar seorang Nabi Isa untuk bani Israel, tetapi sudah berubah menjadi Yesus baru yang penuh dengan embel-embel Platonis dan Stoic- Yesus Kristus anak Allah, perantara antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan juru selamat.

Athanasius kemudian menambahkan satu Tuhan lagi yakni Roh Kudus untuk melengkapi Ketuhanan Kristen menjadi Tiga dalam Satu (Trinitas), persis seperti ajaran Ketuhanan Agama Mesir, dimana Athanasius berdomisili. Pengaruh agama Mesir terhadap Kristen dijelaskan oleh Cave sebagai berikut: 

"The Trinity was a major preoccupation of Egytian theologians.... Three gods are combined and treated as single being, addressed in the singular. In this way the spiritual force of Egyptian religion shows a direct link with Christian theology" 

[Trinitas merupakan paham utama para penganut agama Mesir.... Tiga Tuhan bersatu dan diperlakukan sebagai satu, yang disebut esa. Dalam hal ini nampak kekuatan spiritual agama Mesir yang langsung mempengaruhi agama Kristen]

Apa saja yang ditetapkan oleh Kaisar Romawi dan para pemimpin Gereja dianggap benar, sah dan berlaku untuk umat pada saat itu. Kebenaran dalam Kristen berubah dari satu konsili ke konsili lainnya. Kebenaran sangat tergantung kepada golongan mana yang mayoritas dalam konsili, atau golongan mana yang didukung oleh Kaisar Romawi. 

Oleh karena itu, kutuk mengutuk dalam setiap konsili merupakan hal yang lumrah. Ignatius dalam suratnya kepada orang-orang Smyrna mengatakan: 

"Where the bishop is, there the congregation should be Prophets who appear may be riqht or wrong, but the bishop is right, because the bishop were the representative of the true doctrine." 

[Apa saja pendapat sikap uskup, jemaat harus mengikutinya. Para Nabi boleh benar atau salah, tetapi uskup selalu benar, karena uskup adalah yang mewakili ajaran yang benar]

Keputusan-keputusan Gereja yang di luar ajaran Yesus dilindungi oleh hukum keimanan (regulafidei). Apa yang sudah diyakini dan diucapkan oleh pemimpin Gereja menjadi hokum yang mutlak berlaku, walaupun tidak ada dasarnya atau tidak sejalan dengan Alkitab. Alhasil ajaran Trinitas tumbuh subur dan berkembang dari satu konsili ke konsili lainnya, bukan karan ajaran Trinitas merupakan ajaran yang dipetik dari ajaran murni Yesus, tetapi karena kaisar Romawi mendukung ajaran ini menjadi ajaran resmi kerajaan.

Mereka hidup siang malam dengan Yesus. Saudara-saudaranya, ibunya, familinya melihat Yesus lahir dan tumbuh sebagai seorang bayi. Dalam kenyataan seperti itu, mereka tentu tidak mungkin membayangkan bahwa yang menangis dalam ayunan atau basah guritanya adalah Tuhan yang pernah berpartisipasi dalam penciptaan jagat raya atau penguasa alam semesta. Begitu pula murid-murid seta para pengikutnya. Mereka melihat Yesus sebagai seorang Rabi (guru) mengajarkan Taurat dan berkhotbah di rumah ibadat setiap hari sabtu. Dari berbagai sumber yang dapat diperolah, tidak satu pun pertanda bahwa Yesus pernah disembah sebagai Tuhan di Rumah Ibadat. Murid dan pengikutnya mengenal dirinya sebagai pemimpin mereka, sebagai tuan mereka, malah sebagai nabi, tetapi sama sekali mereka tidak akan pernah menganggap bahwa yang naik berkhotbah di mimbar adalah "Tuhan penguasa alam semesta."

"Dan mereka berusaha menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada oranq banyak karena orang banyak itu mengangap dia nabi." (Matius 21:46) 

Yesus telah mengajarkan syahadah sebagai pegangan bagi murid-murid dan pengikutnya agar tidak tercampak ke neraka. 

"Inilah hidup yang kekal itu (masuk sorga), yaitu bahwa mereka menqenal Engkau (Allah) satu-satunya Tuhan yang benar. Dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus." (Yohanes 17:3)

Apakah benar bahwa Yesus bukan Tuhan yang harus di sembah? 

Ya, benar!
  • Yesus mengajari umatnya agar hanya menyembah Allah. Dia tidak pernah memerintahkan murid-muridnya untuk menyembah dirinya dengan alasan bahwa Allah berada di dalam dirinya. "Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah Engkau berbakti" (Matius 4:10) "Karena itu berdoalah demikian: 'Bapa kami yang di sorga"'(Matius 6:9)
  • Yesus adalah guru Yahudi yang mengajarkan Taurat untuk hanya menyembah Tuhan Allah. "Denqarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa".(Markus 12:29) Kata "Tuhan itu Esa" berarti Tuhan tidak ada dalam diri Yesus. Andaikata Tuhan itu adalah dirinya, atau ada dalam dirinya, maka dengan tegas beliau akan mengatakan "Tuhan ini" sambil menunjuk dirinya.
  • Ketika Yesus akan ditangkap di taman Getsemani semua muridnya lari meninggalkan beliau. "Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri" (Markus 14:50)
Coba bayangkan!
Ketika "Tuhan" dalam keadaan genting, mereka justru lari tunggang langgang meninggalkan dia. Kepada siapa murid-muridnya mencari perlindungan? Kepada setan? Bukankah yang mereka tinggalkan itu adalah Tuhan? Padahal "katanya" segala kuasa di sorga dan di bumi telah diserahkan oleh Tuhan Allah kepada "Tuhan" Yesus? (Matius 28:18)

Jika memang murid-murid Yesus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan Penguasa Alam Semesta, dimana segala kuasa disorga dan di bumi sudah diberikan kepada beliau, untuk apa mereka lari? Ini ikut membuktikan bahwa Matius 28:18 adalah ayat palsu yang tidak pernah diucapkan oleh Yesus. 

Di sinilah akal sehat yang dianugrahkan Allah perlu digunkan untuk menyaring mana yang masuk akal, mana yang tidak. Jika Tuhan berkehendak, cukup sekali tiup saja, tentara Romawi sudah pasti akan berterbangan seperti potongan kertas di hempas badai!

Tetapi tidak! Mereka menyadari bahwa Yesus adalah pemimpin mereka. Namun mereka tidak pernah menganggap Yesus sebagai Tuhan yang mereka sembah. Buktinya dalam keadaan kepepet, mereka lebih memilih menyelamatkan diri masing-masing dan membiarkan "Tuhan" mereka ditangkap dan dihukum salib oleh tentara Romawi!

Sekarang, perhatikan ini:

Syahadat Nicea: 

Credo in unum Deum, Patrem Omnipotentem 
Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa, 

factorem caeli et terrae, visibilium omnium et invisibilium. 
Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan 

Et in unum Dominum Iesum Christum, Filium Dei Unigenitum, 
Dan akan Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang Tunggal, 

Et ex Patre natum ante omnia saecula. Deum de Deo, lumen de lumine, 
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari Allah, terang dari terang. 

Deum verum de Deo vero. Genitum, non factum, Consubstantialem Patri 
Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa 

per quem omnia facta sunt. 
segala sesuatu dijadikan olehnya. 

Qui propter nos homines et propter nostram salutem descendit de caelis. 
Ia turun dari sorga untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita. 

Et incarnatus est de Spiritu Sancto 
dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus 

ex Maria virgine et homo factus est. 
dari Perawan Maria dan menjadi manusia. 

Crucifixus etiam pro nobis sub Pontio Pilato, 
Ia pun disalibkan untuk kita waktu Pontius Pilatus 

passus et sepultus est. 
Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan. 

Et resurrexit tertia die secundum Scripturas. 
Pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci. 

et ascendit in caelum, sedet ad dexteram Patris. 
Ia naik ke sorga, duduk di sisi kanan Bapa 

Et iterum venturus est cum gloria, iudicare vivos et mortuos, 
Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; 

cuius regni non erit finis. 
KerajaanNya takkan berakhir. 

Et in Spiritum Sanctum, Dominum et vivificantem, 
Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; 

qui ex Patre (Filioque)* procedit. 
Ia berasal dari Bapa (dan Putra)* 

Qui cum Patre et Filio simul adoratur et conglorificatur: 
Yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan. 

qui locutus est per prophetas. 
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi 

Et unam, sanctam, catholicam et apostolicam Ecclesiam. 
Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katholik* dan apostolik. 

Confiteor unum baptisma in remissionem peccatorum. 
Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa. 

Et expecto resurrectionem mortuorum, 
Aku menantikan kebangkitan orang mati, 

et vitam venturi saeculi. Amen. 
dan kehidupan di akhirat. Amin. 

Sungguh ribet dan membingungkan bukan?

[Sumber: Bigaku | KOMPASIANA]





No comments:

Post a Comment