Perhatikan ini:
“Dan tak sekali-kali Al-Qur’an ini dibuat-buat oleh siapapun selain Allah, tetapi (Al-Qur’an) itu membetulkan apa yang ada sebelumnya, dan penjelasan yang terang tentang Kitab; tak ada keragu-raguan di dalamnya dari Tuhan seru sekalian alam.” (QS.10:37)
Jadi, begini ceritanya:
Sebagaimana telah diterangkan oleh ayat suci di atas, Bibel, atau kitab suci umat Kristen, mengandung sebagian dari kandungan Kitab Allah yang telah dikaruniakan kepada Bani Israel. Oleh karena itu ada hubungan erat dengan Al-Qur’an yang menurut ayat suci tersebut fungsinya sebagai tashdiq (yang membetulkan) dan tafshil (yang menjelaskan) terhadap kitab suci sebelumnya. Secara singkat hubungannya antara lain seperti uraian berikut ini.
AL-QUR'AN MENGAKUI EKISTENSI KITAB SUCI SEBELUMNYA
Menurut Al-Qur’an, Allah tidak hanya memerintahkan umat Islam mengimani Al-Qur’an saja, melainkan pula mengimani Kitab-kitab Suci sebelumnya (QS.2:4). Hal ini menurut Cyril Glasse, penulis The Concise Encyclopaedia of Islam (1991), “Adalah kejadian yang luar biasa dalam sejarah agama-agama”.
Yang dimaksud kitab-kitab suci sebelumnya ialah Kitab suci yang telah diturunkan kepada para Nabi (QS.2:213) dari berbagai bangsa di dunia (QS.10:47), baik yang disebutkan dalam Al-Qur’an ataupun tak disebutkan (QS.4:164), misalnya Taurat dan Injil (QS.3:3).
Tetapi HARAP DIGARISBAWAHI, bahwa Taurat dan Injil yang diakui oleh Al-Qur’an dan diimani oleh umat Islam BUKAN Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Bibel yang telah ada pada jaman Nabi Besar Muhammad saw.
Ada perbedaan konsep antara Islam dengan Kristen tentang wahyu dan kitab suci. Misalnya tentang Injil. Di kalangan umat Kristen ada pendapat yang mengatakan bahwa yang disebut kitab Injil adalah seluruh Perjanjian Baru, dan ada pula yang tegas mengatakan bahwa Injil itu hanyalah empat kitab yang pertama dalam Perjanjian Baru karangan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Isinya menceritakan sebagian ajaran Yesus dan kisahnya. Jadi Injil itu karya tulis beberapa pengarang Kristen jaman permulaan yang penulisannya tak dimaksudkan untuk dijadikan kitab suci, sebagaimana Paulus menulis 13 atau 14 surat kepada jemaatnya yang masing-masing disebut Injil Kristus (Galaltia 1:7) atau Injil tentang Yesus Kristus (Markus 1:1).
Menurut Islam, Injil adalah firman Allah secara matluw, yang disampaikan kepada Isa Almasih (QS.57:27); (lihat juga Yohanes 17:38) oleh Jibril dalam bahasa kaumnya (QS.14:4), Aram, yang dalam Perjanjian Baru disebut Injil Allah (Markus 1:14), yakni Injil dari Allah yang diwahyukan kepada Yesus, lalu diberitakannya dari rumah ke rumah dan dari kota ke kota (Markus 1:38-39). Injil inilah yang diimani oleh umat Islam.
Kini kitab suci itu tidak ada lagi, karena setelah diwahyukan tak dicatat dan dihafal. Yang ada sekarang ialah terjemahan dari terjemahan yang diterjemahkan dari salinan yang disalin dari salinan - yang menurut Mulder kadang-kadang terselip salah salin - dari Injil tentang Yesus karya tulis tokoh Kristen pada jaman permulaan itu. Karya tulis asli itu kini telah hilang, tidak diketahui lagi rimbanya.
Yang ada sekarang, yang mereka anggap asli, ialah salinan dari salinan yang disalin dari salinan itu, atau terjemahan dari terjemahan dalam berbagai terjemahan bahasa dunia, yang sudah tentu mengandung pergeseran makna yang luar biasa, namun mereka tidak begitu perduli sebab menurut mereka yang penting adalah isinya, bukan bahasanya.
Kitab Perjanjian Lama juga ditulis oleh para ulama dan zuama (Yahudi) yang bahan-bahannya sebagian berasal dari Nabi yang bersangkutan. Ditulis dalam masa hampir seribu tahun lamanya. Penulisnya beragam latar belakang, misalnya: Nabi-nabi, raja, ahli sejarah, ulama atau pendeta dan sebagainya. Dengan demikian, maka dalam kitab itu bercampur baurlah antara kebenaran dengan kepalsuan (QS.2:42).
Oleh karena itu Nabi Besar Muhammad saw pernah memperingatkan umat Islam agar jangan membenarkan atau menyalahkan Ahlikitab [HR. Bukhari].
[Sumber: Islam Menjawab Fitnah]
No comments:
Post a Comment