Kapan Yesus dilahirkan dan pada masa pemerintahan siapa, semuanya diceritakan oleh Injil-injil Perjanjian Baru. Jika kita menelusuri apa yang diceritakan oleh injil-injil ini seputar hari natal (kelahiran Yesus), maka apa yang akan pembaca saksikan di bawah ini adalah pertentangan saling sangkal antara Injil yang satu dengan yang lain, dan kontradiksi yang nyata antara fakta sejarah dan statement Injil Lukas mengenai Sensus Quirinius.
Injil Lukas 2:1-7 menyatakan sebuah sensus diadakan oleh Quirinius, Gubernur Romawi untuk wilayah Syria dan Yudea, sehingga memaksa Yusuf dan Maria yang sedang hamil tua harus pergi dari Nazareth di wilayah Galilee menuju Bethelehem di wilayah Yudea yang jaraknya lebih dari 100 km, hanya untuk mendaftarkan diri saja. Akhirnya di Bethlehem, Maria melahirkan Yesus. [Lihat peta jarak perjalanan mereka di sini]
Lukas 1:36 menyatakan bahwa usia Yohanes Pembaptis lebih tua 6 bulan daripada usia Yesus, dan Lukas pasal 3 menyatakan bahwa Yesus berusia sekitar 30 tahun ketika Yohanes Pembaptis mulai berdakwah di tahun ke 15 masa pemerintahan Kaisar Tiberius. Artinya itu terjadi pada tahun 29 M. [Lihat Profil Kaisar Romawi Tiberius (lahir 42SM - naik tahta 14M - meninggal 37M) di sini dan di sini]. Dari catatan sejarah ini kita semua tahu bahwa 15 tahun masa pemerintahan Kaisar Tiberius terjadi pada tahun 29 M.
Karena menurut perhitungan Lukas pasal 3, Yesus berusia sekitar 30 tahun pada tahun 29 M, maka kita dapat mengkalkulasikan bahwa Yesus lahir pada sekitar tahun 2 SM, yaitu ketika Yudea dipimpin oleh Archelaus [Archelaus atau Herodes Archelaus adalah anak dari Herodes Yang Agung, dan ia meneruskan tampuk kepemimpinan atas wilayah Yudea sejak tahun 4SM sampai dengan 6M. Selengkapnya lihat di sini]
Cerita Lukas kontradiktif dengan cerita Matius
Matius 2:1 mencatat bahwa Yesus lahir pada zaman Herodes, yang dimaksud Herodes disini adalah Herodes Yang Agung bukan Herodes Archelaus (atau lebih dikenal Archelaus), karena pada Matius 2:19-22 dinyatakan bahwa Herodes mati dan digantikan oleh Archelaus. [Herodes Yang Agung atau Herodes I adalah raja Yudea yang mati pada bulan April tahun 4 SM. Selengkapnya lihat di sini]
Kontradiksi antara Injil Matius, Injil Lukas, dan Catatan sejarah
Lukas pasal 2 dan pasal 3 menyatakan Yesus lahir sekitar tahun 2 SM bersamaan dengan sensus Quirinius, dimana wilayah Yudea dipimpin oleh Raja Archelaus dan Lukas pasal 1 menyatakan bahwa Yesus lahir pada saat wilayah Yudea dipimpin oleh Raja Herodes.
Di sini kita tidak tahu apakah Herodes Yang Agung atau Herodes Archelaus. Tetapi kita dapat memahami bahwa Herodes disini adalah Herodes Yang Agung, karena dijelaskan dalam Lukas pasal 1:24-31 bahwa selisih umur Yohanes Pembaptis dengan Yesus adalah 6 bulan.
Jika kita mengikuti catatan Injil Matius bahwa Yohanes lahir pada saat zaman Herodes Yang Agung, maka Yesus pun juga lahir pada zaman Herodes Yang Agung.
Matius menyatakan Yesus lahir (paling telat) tahun 4 SM, pada saat wilayah Yudea dipimpin oleh Herodes Yang Agung.
Bukti sejarah mencatat bahwa Sensus Quirinius terjadi pada tahun 6M. [Sejarawan Yahudi bernama Josephus mencatat bahwa Gubernur Syria bernama Quirinius melakukan sensus untuk wilayah Yudea tahun 6 M. Selengkapnya lihat di sini]
Perhatikanlah bagaimana Injil-injil saling menyangkal satu sama lain, sementara catatan sejarah dengan tegas menolak klaim Lukas mengenai waktu berlangsungnya sensus Quirinius.
Masalah Sensus Quirinius ini pada akhirnya membuat sarjana-sarjana Barat modern menjadi kebingungan menghadapi error yang terdapat dalam Injil Lukas karena bertentangan dengan fakta sejarah. Injil Lukas error karena menyatakan sensus Quirinius terjadi pada tahun sebelum masehi (SM)
Apologis Kristen berusaha menjelaskan kontradiksi Injil Lukas dengan membuat teori-teori untuk mengatasi blunder Injil Lukas ini, yaitu mengajukan usulan agar Injil Lukas 2:2 direvisi sekaligus membuat pernyataan bahwa Quirinius menjabat gubernur Syria sebanyak dua kali. Selain terori tsb, kaum apologis kristen juga memberikan sejumlah bukti arkaeologi yang akan kita bahas di artikel ini.
Usulan revisi Injil LukasJ.G Herwart (1612) dan P. E. Huschke (1840) memandang perlu dilakukan revisi untuk Lukas 2:2 guna mengatasi pertentangan antara fakta sejarah versus catatan Injil lukas. Mereka menyatakan bahwa kata Yunani πρώτη (baca ‘protos’) seharusnya diterjemahkan menjadi “sebelum” atau “yang dahulu”, bukan “pertama” sebagaimana terjemahan Bible modern.
F.M. Heichelheim berpendapat bahwa “arti orisinil” dari Injil Lukas 2:2 seharusnya dibaca “Sensus ini adalah pertama sebelum (=πρώτη) Quirinius menjadi kepala daerah di Syria”.
Usulan revisi Injil Lukas yang diusulkan jelas tidak dapat diterima karena:
- Dalam Kisah 5:37, yang juga dikarang oleh Lukas, dinyatakan “ho” (bahasa Yunani) yang artinya “the” (bahasa Inggris), sehingga yang diyakini oleh Lukas hanya ada satu sensus pajak saja. “After this man rose up Judas of Galilee in the days of THE taxing, and drew away much people after him: he also perished; and all, even as many as obeyed him, were dispersed.”(Kisah 5:37 KJV Bible)
- Fakta bahwa Lukas (2:1) merujuk pada sebuah sensus sebagai hasil dari dekrit Augustus membuktikan bahwa Lukas memahami sensus Qurininus sebagai sensus pertama Augustus di wilayah Yudea.
- Seandainya Lukas bermaksud “sebelum” pada Lukas 2:2, ia harusnya menggunakan adjective yang benar (yaitu kata Yunani ‘prin’). Lukas menggunakan kata Yunani ‘prin’ yang artinya “sebelum” dalam bahasa Indonesia untuk Lukas 2:26, Lukas 22:61, Kisah 2:20, Kisah 7:2, Kisah 25:16.1
Apakah benar Quirinius 2 kali menjabat sebagai Gubernur Syria?
Kalangan apologis Kristen mencoba merekonsiliasikan Matius dan Lukas dengan berspekulasi bahwa Quirinius menjabat gubernur wilayah Syria selama dua periode. Periode pertama adalah sewaktu Herodes masih hidup. Jadi, sensus Quirinius yang diceritakan Injil Lukas itu terjadi pada masa Herodes Yang Agung. Tapi seperti telah dibahas di atas, Kisah 5:37 adalah bukti bahwa Lukas hanya menyatakan satu sensus Quirinius saja.
Dan lagi, tidak ada bukti sejarah bahwa Quirinius melayani wilayah Syria sebagai Gubernus sampai dua kali. Selain itu, tidak ada catatan yang menunjukkan bawa seorang pejabat dapat menjadi gubernur untuk provinsi yang sama sebanyak dua kali dalam sejarah Romawi, sehingga spekulasi kalangan apologis Kristen tidak dapat diterima.
Teori spekulasi Kristen tsb juga benar-benar absurd. Sebab, pertama kita tahu bahwa Quinctilius Varus, BUKAN Publius Sulpicius Quirinius, yang menjadi gubernur Syria dari tahun 7/6 SM s.d 4 SM. Artinya apa? Jauh sekali jika dibandingkan dengan kematian Herodes tahun 4 SM! Dan sebelum Quinctilius Varus, yang memegang jabatan Gubernur Syria adalah Sentius Saturninus pada tahun 10/9 s.d 7/6 B.C. dan Sentius Saturninus memegang jabatan Gubernur Syria setelah tahun Masehi. Sedangkan Titius pada 10SM. Jadi tidak ada ruang dan waktu bagi Quirinius untuk menjabat sebagai Gubernur Syria sebelum tahun 6 M!
Sejarah mencatat bahwa Quirinius mencapai kedudukan sebagai konsul pada tahun 12 SM dan hanya mantan konsul saja yang boleh memegang jabatan gubernur Syria pada zaman Augustus. Jadi, Quirinius tidak mungkin menjabat sebagai Gubernur Syria sebelum tahun 12 SM.
The Lapis Tiburtinus
Kalangan apologis Kristen mencoba membuktikan berdasarkan penemuan inskripsi sebagai bukti bahwa Quirinius memegang jabatan gubernur Syria dua kali, tetapi inskripsi Tiburtinus sama sekali tidak mencatat nama Quirinius. Inskripsi ini adalah sebuah fragmen yang ditemukan di Tivoli (dekat kota Roma) pada tahun 1764, dan sekarang diperlihatkan di Museum Vatikan.
Lihat isi inskripsi tsb dan penjelasan lebih detil mengenai kasus kontradiksi antara Matius dan Lukas perihal kelahiran Yesus ini di sini.
[Sumber: Islam Menjawab Fitnah]
No comments:
Post a Comment